Berita  

Gebyar HUT RI ke 77, Kesenian Irama Minang (KIM), Di Pasa Ateh Baru Bukittinggi*

BUKITTINGGI,Jamgadangnews.com,- Sorak Sorai pedagang dan pengunjung menggetarkan bangunan pasar atas Bukittinggi dalam acara Kesenian Irama Minang (KIM) yang di selenggarakan oleh Persatuan Para Pedagang Pasar Atas Bukittinggi (P4B). Senin,22/8/2022 siang.

Haw, haw, haw, tarompa kabau
Kudakak roda padati
Pek ampek (1)kelok Maninjau
Disitu tuan maisi
Tatagak tonggak gantuangan
Sabaleh (2)bilangan tagan
Si Nona jo si Noni
Basamo samo manari.
Siang ini, dengan jantung dagdug.

Siang ini, dengan jantung yang dag dig dug dan kaki sedikit gemetar, saya terus berujar dalam hati, “duo sambilan, duo sambilan” (dua sembilan) ketika saya mengikuti permainan KIM (Kesenian Irama Minang)yang diadakan oleh Persatuan Para Pedagang Pasar Atas Bukittinggi (P4B) dalam rangka untuk memeriahkan HUT RI ke 77.

Ternyata dewi keberuntungan  sedang berpihak kepada saya, angka duo sambilan langsung disebut oleh pendendang yang memandu permainan ini. Menanglah saya..!

Sabar ya Bro, memang sudah kodrat nya yang muda mengalah ke yang lebih tua,” ledek saya pada teman saya. Sambil tersenyum teman saya mencoba menimpuk kepala saya dengan pena yang sedang di pegangnya karena merasa sedikit kecewa.

Aturan dalam permainan KIM

Setiap peserta yang mengikuti permainan ini akan diberi kupon kertas yang berbeda-beda warna seperti merah muda, kuning, hijau, biru dan putih yang telah disediakan oleh pihak  penyelenggara.

Yang mana kertas tersebut berisi angka yang di acak dari 1-90. Setiap peserta akan mendapat nomor yang berbeda dengan peserta lainnya. Dan pada saat permainan sedang berlangsung penyanyi akan mendendangkan lagu sambil menyebutkan nomor yang di ambil dari sebuah kotak berbentuk toples secara acak.

Setiap peserta harus jeli mendengar angka yang disebut oleh pendendang. Apabila di dalam kertas terdapat angka yang disebut pendendang, maka angka tersebut diberi tanda disilang.

Selanjutnya jika semua angka yang ada di dalam kupon kertas sudah disilang penuh satu baris maka peserta tersebut harus langsung bersorak kepada pendendang atau panitia agar pendendang bisa berhenti bernyanyi untuk sementara karena, jika pendendang terus menyanyi dan menyebutkan kembali angka yang baru,peserta yang menang tersebut akan dinyatakan gugur. Karena itulah saya langsung bersorak ke panitia ketika kertas saya penuh berisi, takut kalau nantinya kemenangan saya dinyatakan gugur.

Setelah itu saya menerima hadiah berupa satu bingkisan yang saya belum tahu apa isinya.

“Apakah kita lanjut..?,”ujar pendendang.

“Iya! Lanjut teruus..!,”sahut semua orang yang mengikuti permainan KIM siang itu.

Perlahan alunan musik dari speaker yang berjejer disisi samping kiri dan kanan panggung mulai mengaung yang lumayan menyesakkan jantung saya, karena dentuman bass nya yang dibawakan oleh pemain organ tunggal.

Begitulah terus permainan KIM ini sampai kertas yang disediakan panitia sudah selesai di isi.

KIM dimaksud, seperti disebut Wikipedia, mulai 1968 diperkenalkan Ajo Kamal, Anasben & Metek Adel, di Pariaman, berasal dari Cina disebut Binggo oleh Kim Xiang Lee. Sejak 1992 Kim dikreasikan dalam musik hingga menjadi Kesenian Irama Minang atau kelompok berdendang oleh Indra Fidoz & Boy Metal diiringi organ tunggal.

“Keterangan Wikipedia itu berasal dari skripsi Julisman, 2018, mahasiswa Universitas Andalas, Sumatera Barat, berjudul Permainan Kim di Kota Padang,” urai Rinaldi Rais, yang juga penulis Catatan Tercecer RR itu.

(Bagindo/alx)