Berita  

Balada Seorang Ibu Pada Pedati ke Xll Kota Bukittinggi

Bukittinggi,Jamgadangnews.com – Suasana langit di atas Taman Jam Kota Bukittinggi bersinar cerah. Jarum Jam Gadang saat itu menunjukkan pukul 13.15 WIB. Suasana taman tampak ramai oleh wisatawan, mulai dari anak-anak hingga yang tua, pria maupun wanita berada di kawasan itu.

Para anak-anak dari pengunjung riang gembira berlari-larian di pelataran taman berlantaikan batu alam itu. Beberapa dari pengunjung memanfaatkan kunjungannya ke taman untuk berfoto dengan berlatarkan Jam Gadang, ada berfoto sendirian, secara bersamaan-sama dengan temannya.

Keberadaan taman berada di jantung kota Bukittinggi memang jadi primadona bagi wisatawan mendatangi kawasan itu. Areal taman sangat luas dan berdiri tegak sebuah bangunan Jam Gadang peninggalan penjajah Belanda ini, juga sebagai tempat duduk beristirahat bagi wisatawan setelah lelah berbelanja dan mengunjungi objek wisata di kota kelahiran Proklamator Bung Hatta ini.

Taman Jam Gadang merupakan  magnet bagi wisatawan. Apalagi dilatarbelakangi dua gunung yakni Gunung Merapi dan Singgalang, yang tentunya menambah takjub jika berada di Taman Jam Gadang karena dapat menyaksikan dua gunung menjulang tinggi dengan indah.

Suasana keramaian taman siang itu, Jum’at,30/12/2022, terlihat seorang ibu paruh baya menjajakan minuman dingin sudah dikemas dengan rapi.

Ibu berhijab biru, baju warna krem dan celana coklat membawa minuman lima bungkus di tangan kiri dan lima bungkus di tangan kanan, terlihat menghampiri setiap wisatawan yang ada di taman Jam Gadang.

Minum dingin, minuman dingin, minuman dingin,” begitu rupanya sang ibu kelahiran 50 tahu silam ke setiap orang yang didatanginya.

Memang tak mudah usaha dilakoni oleh ibu tersebut, setiap wisatawan yang ia datangi menolak dagangan nya. Meski demikian, tatapan matanya yang penuh semangat, ia tetap menjajakan dagangannya dengan berharap ada pembeli membeli dagangannya.

Melepaskan lelah setelah berjalan di kawasan taman, ibu tiga anak mengaku tinggal di kawasan Tengah Sawah, Kota Bukittinggi beristirahat dengan duduk di salah satu sudut taman.

Baru saja beberapa menit duduk sambil menawari minuman kepada setiap orang lewat di depannya. Terlihat ada dua pria menghampirinya, dengan membeli dua dagangannya.

Ibu ber alaskan sandal jepit ini terlihat senang dengan adanya dua orang yang baru saja membeli dagangannya.

“Alhamdulillah, akhirnya lai adoh juo yang mambali (Alhamdulillah, akhirnya ada juga yang membeli),” ujar ibu yang rupanya bernama Maryeni ini.

Sambil menghela nafas, ia mengaku berjualan minuman dingin di kawasan Taman Jam Gadang sudah sekitar empat tahun ditekuninya.

Wanita berasal dari Lubuk Basung ini, menyampaikan, tak menyangka akan berprofesi sebagai penjual air minum dingin di taman Jam Gadang.

“Sejak suami meninggal lima tahun silam, ini yang bisa dilakukan untuk dapat menyambung hidup 3 anak saya,” tuturnya dengan mata mulai memerah.

Sebagai penjual minuman dingin dengan harga Rp. 5 ribu per kotak, ia mengaku hanya biasanya sehari mendapatkan hasil sekedar untuk pembeli beras dan sambal se kadarnya.

“Tidak banyak yang dapat dibawa pulang. Hasil dagangan paling hanya buat beli beras. Ada sisa sedikit baru beli sambal, itu biasanya saya dapatkan,” cerita Yen sapaan akrabnya sehari-hari.

Yen mengaku beberapa hari belakangan sejak adanya Event Pedati XII digelar di kota Bukittinggi, pendapatannya sedikit meningkat.

Ia mengaku bisa membawa pulang uang Rp200 – Rp300 ribu sehari.

“Alhamdulillah, banyaknya acara digelar di Bukittinggi, wisatawan meningkat ke Bukittinggi juga berpengaruh kepada pendapatan kami sebagai pedagang,” sebutnya sambil mengusap air mata di pipi dengan tangan kanannya.

Ia berharap pemerintah kota Bukittinggi untuk dapat membuat acara secara berkelanjutan, agar wisatawan terus ramai datang ke Bukittinggi.

“Kami akui, pemerintahan sekarang ini peduli rasanya ke kami yang bawah-bawah ini. Dibolehkan berjualan di taman Jam Gadang, tanpa digusur petugas. Pemerintah membuat acara Pedati XII dan HUT Kota Bukittinggi dirasakan manfaatnya bagi masyarakat bawah, seperti saya,” ungkapnya.

Se sekali menyapa wisatawan lewat di depannya untuk ditawarin minuman dinginnya, ia yang tinggal di Bukittinggi sudah puluhan tahun ini menyampaikan harapan agar pemerintah kota Bukittinggi dalam program-program dibuat untuk selalu memikirkan masyarakat miskin agar dapat bangkit dari kehidupan ekonomi lebih baik lagi.

“Kami mengharapkan pemerintah tetap memikirkan rakyat, salah satunya untuk tidak melarang pedagang kecil berjualan di taman Jam Gadang ini,” katanya seraya mengatakan pernah diusir berjualan oleh petugas se waktu pemerintahan sebelum Wali Kota Erman Safar.

( Bgd )