Bukittinggi,Jamgadangnews- Bulan berlalu tahun berganti, ada cerita dari pria penjual Jagung Susu Keju(Jasuke)”Buk Ayu”. di Pasar Kuliner Taman Jam Gadang Bukittinggi.
Jarum di Jam Gadang sudah menunjukkan pukul 00’00 WIB. Suasana kampung kuliner masih tampak ramai oleh wisatawan, mulai dari anak-anak hingga yang tua, pria maupun wanita berada di kawasan itu. Minggu,1/1/2023.
Para pengunjung riang gembira di pelataran taman berlantaikan batu alam itu sembari sambut tahun baru 2023. Beberapa dari pengunjung memanfaatkan kunjungannya ke taman untuk berfoto dengan berlatarkan Jam Gadang, ada berfoto sendirian, secara bersamaan-sama dengan temannya.
Keberadaan taman berada di jantung kota Bukittinggi memang jadi primadona bagi wisatawan mendatangi kawasan itu, apalagi pada saat malam pergantian tahun.
Areal taman sangat luas dan berdiri tegak sebuah bangunan Jam Gadang peninggalan penjajah Belanda ini, juga sebagai tempat duduk beristirahat bagi wisatawan setelah lelah berbelanja dan mengunjungi objek wisata di kota kelahiran Proklamator Bung Hatta ini.
Taman Jam Gadang merupakan magnet bagi wisatawan. Apalagi dilatarbelakangi dua gunung yakni Gunung Merapi dan Singgalang, yang tentunya menambah takjub jika berada di Taman Jam Gadang karena dapat menyaksikan dua gunung menjulang tinggi dengan indah.
Balada//
Suasana keramaian taman malam itu, Sabtu,31/12/2022, terlihat seorang pria muda memanggil dan merayu setiap pengunjung lewat di kampung kuliner yang berada di kawasan Taman Jam Gadang.
“Jasuke, Jasuke, Jasukenya Uda..Uni..Dek,” begitu rupanya sang pria kelahiran 36 tahu silam ke setiap orang yang lewati tempat tersebut.
Pria tiga anak mengaku tinggal di kawasan Panorama Baru, Kota Bukittinggi “Alhamdulillah selama event Pedati ke Xll ini dagangan laris manis,” ujar pria yang rupanya bernama Rizky Rakasiwi ini.
Sambil menghela nafas, ia mengaku berjualan Jasuke di kawasan Taman Jam Gadang sudah sekitar empat tahun ditekuninya.
Risky merupakan warga kota Bukittinggi ia menyampaikan, tak menyangka akan berprofesi sebagai penjual Jasuke(buk ayu) di taman Jam Gadang.
“Sejak pulang dari rantau 2018 silam, ini yang bisa dilakukan untuk dapat menyambung hidup 3 anak saya,” tuturnya dengan mata mulai memerah.
Sebagai penjual cemilan ringan dengan harga Rp. 5 ribu per kotak, ia mengaku hanya biasanya sehari mendapatkan hasil sekedar untuk pembeli beras dan sambal se kadarnya.
“Tidak banyak yang dapat dibawa pulang. Hasil dagangan paling hanya buat beli beras. Ada sisa sedikit baru beli sambal, itu biasanya saya dapatkan,” cerita Siwi sapaan akrabnya sehari-hari.
Siwi mengaku beberapa hari belakangan sejak adanya Event Pedati XII digelar di kota Bukittinggi, pendapatannya sedikit meningkat. Ia mengaku bisa membawa pulang uang Rp. 1 jutaan sehari.
“Alhamdulillah, banyaknya acara digelar di Bukittinggi, wisatawan meningkat ke Bukittinggi juga berpengaruh kepada pendapatan kami sebagai pedagang,” sebutnya sambil mengusap kening dengan tangan kanannya.
Ia berharap pemerintah kota Bukittinggi untuk dapat membuat acara secara berkelanjutan, agar wisatawan terus ramai datang ke Bukittinggi.
“Saya akui, pemerintahan sekarang ini peduli rasanya kepada kami yang bawah-bawah ini. Dibolehkan berjualan di taman Jam Gadang, tanpa digusur petugas. Pemerintah membuat acara Pedati XII dan HUT Kota Bukittinggi dirasakan manfaatnya bagi masyarakat bawah, seperti saya,” ungkapnya.
Se sekali menyapa wisatawan lewat di depannya untuk ditawarin Jasukenya, ia yang lahir dan tinggal di Bukittinggi ini menyampaikan harapan agar pemerintah kota Bukittinggi dalam program-program dibuat untuk selalu memikirkan masyarakat miskin agar dapat bangkit dari kehidupan ekonomi lebih baik lagi.
“Kami mengharapkan pemerintah tetap memikirkan rakyat, salah satunya untuk tidak melarang pedagang kecil berjualan di taman Jam Gadang ini,” katanya seraya mengatakan pernah diusir berjualan oleh petugas se waktu pemerintahan sebelum Wali Kota Erman Safar. (BGD)