Para aktor Film “Dirty Vote” Feri Amsari, Bivitri Susanti, Zainal Arifin M dan Dosen FH UM, Raju Muhammad Azmi (foto, N)
BUKITTINGGI, JamGadangnews- Diskusi dan bedah Film “Dirty Vote” film tentang pengetahuan politik, kecurangan Pemilu dan rangkaian kecurangan Pilpres yang disutradarai Dhandy Laksono, dan rilis 11 Februari 2024 itu telah mengejutkan jagad maya.
Hadir di Kota Bukittinggi, acara yang difasilitasi oleh pihak Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah ( UM) Sumbar Bukittinggi itu, diikuti “oleh para mahasiswa dan pemerhati Demokrasi yang antusias menyambut kedatangan Aktor dalam Film Dirty Vote di kampus 3 UM Sumbar Bukittinggi, Kamis ( 29/2/2024).malam.
Aktor Bivitri susanti, dosen STHI Jentera Jakarta, didampingi oleh Feri Amsari dan Zainal Arifin Mochtar, mengungkapkan, film ini shootingnya dalam waktu sehari, akan tetapi persiapannya sudah jauh jauh hari pada tahun lalu. Roadshow bedah film Dirty Vote tetap akan dilakukan, karena tujuannya adalah mendiskusikan film ini setelah tayangnya Dirty vote di media sosial dan ditonton jutaan platform media sosial.
“Targetnya tidak ada, tergantung dari kesiapan kami saja. Kami sangat berterimakasih atas apresiasi dari para hadirin.
Mudah-mudahan ada pengaruh nya bagi pemikiran banyak orang untuk terlaksananya demokrasi yang sehat,” ujarnya.
Feri Amsari, aktor Dirty Vote yang juga merupakan Dosen Hukum Tata Negara Unand itu, mengatakan, film dirty vote, film yang berdurasi 117 menit itu telah menembus viewer 20 juta kali, suatu hal yang tidak disangka sebelumnya, dan film yang tayang sebelum hari H Pemilu itu, bukan bermaksud kampanye dan untuk menjelekkan paslon tertentu.
“Kalau dibandingkan dengan film Box Office Hollywood, ini sudah melebihi target dari maximal nilai 7, sedangkan sutradara dari luar negeri memberi nilai 7,5,” paparnya.
Menurutnya, hal pro dan kontra, pihaknya banyak ditelepon dalam ucapan terimakasih, ajakan bahkan kritikan, ada juga yang menghujat akan tayangnya film edukasi demokrasi ini. Tetapi ia menjelaskan isi dari film ini adalah kumpulan dari fakta dan data yang ada.
“Kita menunggu, akan adanya bantahan dari pihak atau paslon tertentu.Tetapi hingga sekarang tak ada, ya bagaimana memang yang kita sampaikan berdasarkan materi dan visual yang terbukti riel,” pungkas Feri.
Sementara, pemeran Zainal Arifin Mochtar, dosen Fakultas Hukum UGM ini, memberikan apresiasi atas desakan Hak Angket DPR RI, dia menjelaskan, seberapa sering partai politik mengerjakannya.
“Syarat untuk mengajukan angket, 25 anggota DPR plus 2 fraksi, tidak ada publik disitu. Umum hanya sebagai pendorong saja,” katanya.
Ia mengkhawatirkan, partai-partainya mereka ribut untuk 14 Februari, begitu kekuasaan mau dibagi mereka sering mendekat ke Penguasa.
“Yang kita butuhkan keseriusan dan kemauan untuk tetap ber oposisi dan menjaga kualitas demokrasi. Jadi pertanyaan angket atau tidak jawaban itu bukan ke publik, tapi ke partai politik,” tegasnya.(***)