Berita  

Dari Lokasi Bencana di Bukik Batabuah Agam, Ketua MUI Sumbar Berikan Pesan dan Pandangan Religius

AGAM – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat Dr. H. Gusrizal Gazahar, Lc., M.Ag. gelar Dt. Palimo Basa “Dalam Kondisi Apapun Rasa Syukur Tidak Boleh Lepas”. Sebuah pesan religius yang terbesit dari seorang tokoh agama sumbar saat mengunjungi korban bencana di Bukik Batabuah Kabupaten Agam, pada Selasa (14/5/2024).

Menyikapi bencana Galodo banjir lahar dingin dan longsor di sejumlah wilayah di sumbar pada Sabtu (11/5) lalu, dengan merenggut puluhan korban jiwa, menyita perhatian masyarakat Indonesia bahkan internasional.

Dilokasi, kepada masyarakat dan semua unsur terkait buya Gusrizal sapaan akrabnya, menyebutkan pesan-pesan dan pandangan yang wajib dipahami oleh Ummat.

“Dalam kondisi apapun rasa syukur tidak boleh lepas, Alhamdulillah, tapi atas segala musibah, tentu semua kembali kepada Allah,” ujar Buya Gusrizal.

Lebih lanjut ia memberikan uraiannya, menurut pandangan agama tidak hanya dalam segi keimanan, terkadang kita terlalu mengerucutkan, banyak aspek yang harus kita pertimbangkan, tapi aspek keimanan tentu yang paling mendasar.

Yang pertama saya himbau kepada masyarakat, agar tetap berhusnudzon, bersangka baik kepada Allah. Kita yakin..!! Jika kita pandai beristighfar, minta ampun kepada Allah, janji Allah tidak akan menurunkan azab nya.

Itu point penting..!! Apapun yang terjadi terhadap kita, di Sumatera Barat, Allah tidak akan menurunkan azab nya, jika kita berpegang pada hal seperti di atas, itu bukan saya yang menjamin, tetapi Allah yang menjamin.

Apakah hakikat dari apa yang terjadi? Kita tetap memandang bencana ini dalam konsep ujian. Allah menguji siapa saja yang dikehendaki-Nya. Orang beriman pun tidak luput dari ujian.

Oleh karena itu, ujian yang datang ini harus dilihat dari dua sisi seperti mata pisau. Pertama sisi teguran bagi orang-orang yang berbuat maksiat, berhentilah dari kemaksiatan. ​Satu sisi yang lainnya, ujian bagi orang orang yang beriman, menguji kesabaran, menambah amal, dan meningkatkan derajat mereka di Sisi Allah SWT. Dua sisi itu harus berimbang dalam memandang.

“Sedangkan dari aspek lain, Allah menyuruh kita untuk belajar dari setiap peristiwa kehidupan yang terjadi,” tegas buya Gusrizal.

Seluruh lapisan masyarakat, pemimpinnya, ulamanya, tokohnya, dan masyarakat, harus mengambil pelajaran dari peristiwa ini, kita tidak bisa menyerah bahwa ini adalah fenomena alam.

Allah SWT menjadikan kita khalifah di muka bumi, agar kita bisa memakmurkannya, berarti wasilah, langkah-langkah yang perlu diambil, sejak kejadian pertama kita sudah harus mengambil langkah-langkah yang pasti, gerak cepat, kebijakan, harus dilakukan, untuk mengatisipasi kejadian berikutnya. Jangan menunggu..!!

Masyarakat yang terkena musibah bukan hanya rumah mereka yang hilang, bahkan nyawa. Rumah bisa dibangun, tapi mungkin diperlukan penguatan keimanan.

Lebihlanjut, mereka harus di dorong bersemangat melanjutkan kehidupan, karena itu disamping kebutuhan pokok, saya rasa juga modal usaha, sesuai bidang usaha masing-masing.

Masyarakat kita sebenarnya ulet, tidak mau meminta, kita yang harus arif, modal usaha untuk membeli peralatan usaha, dan lain-lain, itu yang mereka harapkan.

Himbauan saya yang terakhir, do’a. Betapapun hebatnya kita, kuatnya kita menurut kita, namun di mata Allah, kita tidak ada artinya, kita lemah, segala sesuatu ini terjadi tentu atas kehendak Allah SWT.

“Kita do’a kan yang terkena musibah, dibesarkan pahalanya oleh Allah SWT, diberi kesabaran, dan kita mohon kepada Allah agar dihindarkan dari bencana-bencana yang akan terjadi, bala yang datang hendaknya diangkat oleh Allah. Kita harapkan Allah juga memberikan kita hikmah yang bisa kita sikapi dengan bijak dalam kehidupan sehari hari,” tutup ketua MUI sumbar. (Alex)

Penulis: Alex Editor: Alex armanca