Berbagai Pandangan tentang Muatan Lokal di Bukittinggi: Benteng Akhlak Generasi
BUKITTIGGI – Kota Bukittinggi yang dipimpin oleh pasangan H. Erman Safar, SH dan Marfendi Maat Dt. Basa Balimo, terus memperkuat program pendidikan yang mengintegrasikan nilai adat, budaya, dan agama.
Memasuki tahun ajaran kedua sejak 2022 lalu, lima muatan lokal baru ditambahkan, yaitu Budaya Alam Minangkabau (BAM), Aqidah Akhlak, Fiqih, Bahasa Arab, dan Sejarah Islam. Inisiatif ini bertujuan untuk membentuk Benteng Akhlak Generasi kota Bukittinggi di masa mendatang.
Pemerintah Kota Bukittinggi pada tahun ajaran 2023-2024 kembali menerapkan muatan lokal bagi pelajar SD dan SMP Negeri di kota wisata jam gadang tersebut.
Pandangan
Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kota Bukittinggi, Fery Chofa, SH. LL. M Dt. Tun Muhammad, menyatakan bahwa penerapan BAM merupakan langkah positif untuk menumbuhkembangkan karakter dan kepribadian peserta didik.
Menurutnya, nilai-nilai kearifan lokal Minangkabau yang telah terbukti melalui kebesaran tokoh-tokoh Minangkabau di masa lalu sangat penting untuk dilestarikan.
“Ke depan perlu penyempurnaan materi dan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan jenjang pendidikan peserta didik sehingga lebih mudah diserap dan diamalkan oleh mereka dalam keseharian,” ujar Ketua LKAAM, Selasa (28/5/2024).
Terpisah, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bukittinggi, Aidil Alfin, menyambut baik program ini dengan menekankan pentingnya pendidikan agama sejak dini untuk membentengi generasi muda dari pengaruh negatif globalisasi.
“Penanaman aqidah amat fundamental dalam membangun kesadaran relasi manusia dengan sang Pencipta. Pelajaran fikih menekankan cara menunjukkan kepatuhan kepada Allah. Manakala Sejarah Islam dan Bahasa Arab memegang peranan penting dalam hubungan kemanusiaan,” tambah Ketua MUI Bukittinggi.
Di sisi lain, Yesi (35) seorang wali murid yang dua anaknya merupakan siswa/i kelas ll dan lll di SDN 03 Pakan Kurai, dan putri sulungnya yang kelas Vll di SMPN 6 Bukittinggi, mengungkapkan bahwa program ini berdampak positif terhadap perilaku anak-anaknya.
“Secara pribadi, saya melihat perubahan perilaku anak. Mereka tampak lebih santun. Artinya, sepanjang kita semua mendukung kegiatan yang positif, mudah mudahan akhlak generasi kita baik nantinya,” kata Yesi di halaman sekolah putri sulungnya.
Untuk memberikan materi BAM, Pemko Bukittinggi berkolaborasi dengan Niniak Mamak, Tokoh Adat, dan Bundo Kanduang. Para pelajar diberikan materi tentang adat budaya Minangkabau, seperti Kato Nan Ampek, Sumbang Duo Baleh, dan Panitahan.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi, Heriman, menambahkan bahwa upaya sedang dilakukan untuk menerapkan muatan lokal ini di sekolah-sekolah swasta juga. “Disdikbud sedang mengurus data pokok pendidikan (dapodik) ke Kementerian,” ujarnya.
Walikota Bukittinggi, H. Erman Safar, SH menegaskan bahwa di seluruh SD dan SMP Negeri se-Kota Bukittinggi, pelajar diwajibkan belajar BAM, Fiqih, Sejarah Islam, Aqidah Akhlak, dan Bahasa Arab.
“Alhamdulillah, ini adalah tahun kedua para pelajar kita diberikan tambahan untuk mengisi dada dan pikiran mereka dengan agama dan nilai-nilai adat budaya. Semoga dengan ini generasi muda kita siap untuk menghadapi masa depan dan terhindar dari pengaruh negatif perkembangan zaman,” kata bang wako sapaan akrabnya.
Artinya, ini sebagai bentuk kepedulian dan perhatian Erman Safar dan Marfendi terhadap masa depan generasi muda, Pemko Bukittinggi menerapkan Penambahan Muatan Lokal dengan materi Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitbullah (ABS-SBK) untuk Pelajar SD dan SMP Negeri di Bukittinggi.
Wakil Walikota Bukittinggi, Marfendi Dt. Basa Balimo, menambahkan bahwa dengan muatan lokal berbasis ABS-SBK, anak-anak diharapkan memiliki karakter yang kuat.
“Agama lah yang mampu membuat karakter kuat anak dengan sang pencipta. Ketika berinteraksi dengan alam Minangkabau, karakter inilah yang kita siapkan dan kuatkan. Artinya, setiap orang Minang akan tetap jadi orang Minang dimanapun dia berada,” tuturnya.
Marfendi juga berharap program ini dapat menciptakan generasi muda Bukittinggi yang memiliki karakter keminangan yang kuat dan agama Islam yang mantap, memberikan kontribusi positif baik lokal, nasional, maupun internasional.
“Perlu kita sadari bahwa Ranah Minang ini selalu menciptakan orang orang besar, pernah memberikan kontribusi positif,” pesan buya Marfendi Dt. Basa Balimo, yang juga salah satu tokoh adat di Nagari Kurai itu. (**)