Bukittinggi, Jamgadangnews- (30/6) — UPTD Puskesmas Mandiangin Kota Bukittinggi kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas pelayanan gizi masyarakat melalui kegiatan Pelatihan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbasis Bahan Pangan Lokal, yang diselenggarakan pada Senin (30/6/2025) di Rumah Makan Ramadhan jln Bypass Bukittinggi.
Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan Surat Pemanggilan resmi Nomor: 445/29/Pusk.MD/VI-2025 tanggal 23 Juni 2025, yang ditujukan kepada Lurah Campago Ipuh dan Lurah Campago Guguk Bulek untuk mengutus masing-masing tiga orang kader Posyandu. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam pengelolaan PMT sesuai dengan standar gizi, dengan memanfaatkan sumber daya pangan lokal.
Materi Pelatihan Strategi Peningkatan Gizi Masyarakat
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pelatihan ini membekali kader dengan berbagai materi penting dan aplikatif dalam penanganan masalah gizi di tingkat keluarga dan masyarakat.
Para peserta dibekali pemahaman tentang alur koordinasi antara kader Posyandu dan tenaga kesehatan Puskesmas. Pemantauan rutin berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas (LILA), serta mekanisme pelaporan dan rujukan dijelaskan secara detail untuk mendeteksi kasus gizi kurang, stunting, maupun KEK (Kekurangan Energi Kronis) pada ibu hamil.
Sasaran program PMT juga dipaparkan dengan jelas. Program ini menyasar balita dengan gizi kurang, tidak mengalami kenaikan berat badan dalam dua bulan berturut-turut, atau memiliki riwayat berat badan rendah (BB/U < -2 SD). Kader diarahkan agar mampu mengenali balita yang membutuhkan intervensi, sekaligus memberikan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya asupan gizi seimbang.
Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kemampuan kader dalam merancang dan menyajikan menu PMT yang bergizi dan menarik, sekaligus mendorong pemanfaatan pangan lokal sebagai sumber protein, energi, dan vitamin. Harapannya, pelatihan ini dapat mempercepat pemulihan status gizi balita dan ibu hamil yang bermasalah gizi.
Dalam sesi lainnya, peserta juga mempelajari kebutuhan energi harian yang berbeda antara wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil. WUS membutuhkan sekitar 2.250 kkal/hari, sedangkan ibu hamil pada trimester 2 dan 3 memerlukan tambahan energi sebesar 300–350 kkal/hari. Oleh karena itu, satu porsi PMT sebaiknya mengandung 300–500 kkal, terdiri dari karbohidrat, protein, sayuran, dan cairan bergizi.
Hasil pemantauan sebelumnya menunjukkan bahwa intervensi PMT berbasis lokal yang dilakukan secara konsisten selama 14 hari mampu meningkatkan berat badan anak dan ibu hamil KEK. Peningkatan ini sesuai dengan grafik pertumbuhan WHO dan Kementerian Kesehatan, yang menjadi indikator keberhasilan program.
Peserta pelatihan juga dikenalkan dengan grafik berat badan ideal ibu hamil berdasarkan status gizi pra-hamil (kurus, normal, overweight). Grafik ini bertujuan membantu kader dalam memantau perkembangan berat badan selama kehamilan dan menyesuaikan pemberian PMT sesuai kebutuhan energi masing-masing ibu.
Sesi paling menarik dari pelatihan ini adalah praktik memasak menu PMT berbahan lokal. Para kader dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk berkreasi menghasilkan makanan sehat dan bergizi. Salah satu menu yang menjadi sorotan adalah “Dimsum Aywo” karya Kelompok 4, yang terbuat dari kombinasi sayuran dan protein lokal. Menu ini dinilai tidak hanya memenuhi syarat gizi, tetapi juga menarik dan mudah diterima oleh anak-anak.
Penegasan Komitmen Pelayanan Gizi berbasis masyarakat
Kepala UPTD Puskesmas Mandiangin, Masindra Revi Akrableya, A.Md.Keb., SKM, dalam arahannya menyampaikan bahwa kader Posyandu memiliki peran strategis sebagai perpanjangan tangan tenaga kesehatan di tengah masyarakat.
“Kami berharap setelah pelatihan ini, kader dapat menyampaikan edukasi gizi dengan lebih efektif serta mempraktikkan PMT sesuai standar gizi dan berbasis kearifan lokal,” ucap Masindra.
Penulis : Eri JM
Editor : Khairunas