Penggagas acara, Asraferi Sabri buka orasi didepan pencinta dan komunitas puisi di Sumbar ( N)
Bukittinggi, Jamgadangnews- Untuk merayakan Hari Sastra Indonesia – 2025 yang di prakarsai oleh Asraferi Sabri lakukan pertemuan, mulai dari pelajar dan terbuka untuk umum yang dihadiri oleh Komunitas dan Pencipta Puisi, Komunitas Musikalisasi Puisi Indonesia, dari Bukittinggi, Padang, Padang Panjang dan Payakumbuh. Diantaranya, pembacaan Puisi dan Dialog di salah satu cafe di pelataran Jam Gadang Bukittinggi Minggu (6/7/2025) malam.
Mencatat sejarah sebagai Kota tempat ditetapkannya Hari Sastra Indonesia (HSI). Peristiwa yang terjadi pada 24 Maret 2013 itu di Kweek School, atau SMA 2 Bukittinggi dalam sebuah pertemuan para sastrawan nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pertemuan waktu itu dihadiri Wakil Menteri Pendidikan RI. Penetapan 3 Juli merujuk pada tanggal lahir Abdul Moeis, sastrawan, wartawan dan politisi asal Sungai puar, Agam Sumatera Barat.

Penggagas acara, Asraferi Sabri, menyampaikan, Bukittinggi sebetulnya adalah kota tempat Hari Sastra Indonesia. Mengacu pada tanggal lahir sastrawan Abdul Moeis 3 Juli 1886, dengan salah satu novelnya yang terkenal “Salah Asuhan”. Balai Pustaka (1928).
“Kenapa selama 12 tahun berjalan, kita di Bukittinggi Sumbar tidak pernah merayakan Hari Sastra Indonesia itu. Ini suatu ingatan kepada sastrawan Taufiq Ismail yang memasuki usia 90 tahun,” ujarnya.

Disebutkan, bahwa Penyair Indonesia Taufiq Ismail dirayakan 90 tahun kelahirannya, juga sekaligus untuk memperingati Hari Sastra Nasional yang jatuh pada 3 Juli.
“Kita berkumpul merayakan sederhana Hari Sastra Indonesia di Bukittinggi ini. Mudah-mudahan tahun depan kita tetap ingat bahwa 3 Juli adalah Hari Sastra Indonesia,” pungkasnya.
Editor : Khairunas