Selagi masih ada waktu, gunakanlah ia sebaik-baiknya untuk kebaikan. Jalinlah silaturahmi antarsesama. Jangan biarkan waktu berlalu begitu saja tanpa ada rasa untuk memanfaatkannya.
Bukittinggi – Selasa, 09 Desember 2025
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Karena, pada suatu hari nanti—pada masa yang tak pernah tercatat dalam kamus kalender manusia—waktu itu akan terlewati begitu saja. Kita lupa bahwa kelak akan tiba saat di mana semua waktu pergi meninggalkan apa yang kita miliki. Tak ada yang tersisa, kecuali penyesalan yang terpendam di lubuk hati terdalam.
Waktu, pada suatu saat nanti, akan datang menjemput. Semua orang akan terkejut oleh kedatangannya—kedatangan yang tak pernah dipikirkan selama ini, yang selalu terabaikan begitu saja.
Waktu akan membawamu pergi ke suatu tempat, tempat yang tak pernah tercatat dalam kalender otak manusia. Kita sering lupa, hingga waktu yang ada pun terabaikan.
Dan ketika masa itu tiba, waktu akan mengambil semua yang kita sayang. Tanpa peringatan, tanpa tanda, semuanya datang tiba-tiba. Pada saat itu, manusia menyesal, bahkan menjerit menyesali waktu yang tersisa.
Penyesalan atas waktu yang terabaikan begitu lama. Bibir ingin berbicara, namun lidah terasa kelu. Mata tak lagi garang. Tangan menggapai mencari sesuatu di sisi pembaringan, meraba-raba mencari pegangan.
Sudah tak sanggup berbuat apa-apa. Hanya pasrah menunggu waktu yang akan menjemput. Bukankah waktu selalu hadir setiap saat—siang maupun malam?
Banyak yang tersenyum ketika waktu menjelang, lalu sibuk dengan benda kecil di genggaman—hiburan yang kerap melalaikan waktu. Namun ada juga yang takut kehilangan waktu; mereka berlarian, bergegas mengejar waktu, karena mereka tahu waktu tak pernah lupa pada siapa pun—baik yang memperhatikan maupun yang mengabaikannya.
Ketika menunggu waktu, sayup-sayup terdengar alunan lagu yang indah, mendayu, menyentuh hati. Irama itu membawa ingatan kembali pada masa yang telah terlewat. Air mata pun jatuh membasahi pipi; alunan itu sudah lama terlupakan. Ada keinginan untuk kembali menemui waktu, namun tubuh tak lagi mampu bergerak.
Hanya pasrah dalam ketidakmampuan. Yang tersisa hanyalah sesal, tangis, dan ratap—sampai waktu yang ditetapkan itu tiba.
Bibir tak lagi mampu bicara. Badan kaku, sulit digerakkan. Namun ada sesuatu yang terselip di dalam diri—kecil, namun sanggup menyampaikan semuanya kepada waktu:
Hati kecil.
Hati kecil itulah yang berbicara kepada waktu yang telah disia-siakan. Menangis sambil berbisik, memohon maaf, meminta ampun dengan segenap jiwa dan raga.
Menangis, memeluk waktu—hingga waktu pun tersenyum menyambutnya. Hati menjadi tenang dan tenteram. Rupanya masih ada sedikit waktu yang tersisa…
walau hanya untuk menunggu.
–
Penulis : Eri Piliang






