Bukittinggi 25 Juli 2025
Seorang lelaki paroh baya berjalan sempoyongan di tengah rintik hujan, menyusuri jalan yang mulai sepi dari hiruk pikuk nya
kendaraan yang lalu lalang.
Sambil membawa kantong kresek, yang berisikan pakaian yang sudah mulai lusuh, begitu juga dengan baju yang dia pakai, sudah Kumal dan compang camping.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Entah apa yang ada dalam pikiran nya, entah siapa yang membuat lelaki paroh tersebut lari kepada minuman, yang membuat akal sehat nya tidak berfungsi dengan baik.
Mungkin karna lelah berjalan, kemudian dia duduk di emperan jalan sambil menghela napas yang sudah tak beraturan, perlahan tangan nya mengeluarkan botol minuman dari kantong kresek yang di bawa.
Dengan santai nya dia teguk air yang berwarna keputih-putihan tersebut sambil menyulut sebatang rokok di bibir yang kelihatan sudah menghitam, tanpa peduli dengan pandangan orang yang melihat tingkah laku nya tersebut.
Dan,” pada tegukan terakhir, pandangan matanya mulai kabur, kepala semangkin pusing, dunia terasa berputar sekian puluh derajat, dia pandangi sekeliling jalanan, nampak sudah mulai sepi, udara mulai terasa dingin.
Untuk menghilangkan rasa dingin, dia peluk erat kedua lutut, sambil bicara sendiri, ada apa dengan diri nya, apa yang telah terjadi mengapa aku ada disini,siapa yang membawa aku sampai di pinggir jalan.
Embun malam mulai turun membasahi dedaunan yang kering, perlahan pria paruh baya itu beringsut duduk bersandar pada pokok batang kayu, dia teringat dengan kedua buah hati, dan istri, yang telah sekian lama dia tinggal kan.
Mungkin mereka sangat merindukan bapak nya , yang telah lama pergi meninggalkan mereka, barangkali sang buah hati Tengah bermimpi indah dalam tidur lelap.
Dia sangat ingin menemui kedua anaknya serta istri tercinta, akan dipeluk dengan segenap kerinduan dan penyesalan, ingin kembali pada masa2 bahagia dulu bersama istri tercinta, namun,” secara perlahan, air mulai jatuh membasahi pipi, ada rasa sesal, ada rasa rindu yang menyesak di dada.
Air mata sudah tak tertahankan, seiring embun yang turun semangkin tebal.
Semangkin di tahan , semangkin deras air mata jatuh di pipi yang mulai keriput di makan usia, rambut pun, sudah mulai memutih, dia mulai berdiri, mencoba untuk kuat berjalan, namun,” kaki nya terasa berat untuk dilangkahkan .
Dan,” pada akhirnya, dia mampu berdiri, dia tinggal kan botol bekas minuman di tinggal kan pakaian lusuh dan Kumal, dia ingin pulang menemui buah hati yang telah lama di tinggal kan.
Walau masih sempoyongan
Pria paroh baya tersebut, mulai melangkah kan kaki untuk menyeberangi jalan, namun,” karna dalam keadaan yang masih di pengaruhi alkohol pria paroh baya tersebut terus berusaha mengayun kan kaki untuk sampai ke seberang jalan.
Namun,” naas, sebuah mobil minivan yang sedang melaju dengan kencang nya menabrak pria paroh itu, yang baru setengah jalan menyeberang,” dia terpental, kepala nya menghantam aspal, dia menjerit kesakitan, namun,” jeritan itu hanya terdengar untuk sesaat ,” kemudian, dia diam untuk selamanya.
Penulis : Eri JM