Ilustrasi gambar (Google)
Bukittinggi, Kamis 25/9/2025
Kau datang padaku dengan membawa semua penyesalan, dan, rasa bersalah terhadap ku, atas semua yang telah kau perbuat terhadap diriku, melukai hati dan perasaan, melupakan semua kan semua janji yang pernah terucap.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tiada guna semua sesalmu, semua kenangan bersama dengan mu sudah ku kubur jauh di lubuk hati yang terdalam, datang mu sudah terlambat.
Mengapa dulu kau begitu menyayangi orang yang telah membuat janji manis terhadap dirimu, kau tergoda dengan semua janji cinta, yang pada akhirnya dia telah berdusta dengan semua janji yang terucap.
Hati siapa yang tak terluka, ketika orang terkasih pergi begitu saja dengan perempuan pilihan hati, tiada pesan, dan tiada kata perpisahan, aku sangat terluka atas semua kelakuan mu, apapun alasan mu.
Jangan pernah hadir lagi di kehidupan ku, cukup sudah semua derita di hati, jangan berharap,” kalau di hati ini masih ada rasa terhadap mu, sudah tidak ada lagi tersisa rasa kasih sayang ntuk mu.
Siapapun orang yang telah memikat hatimu, kembali lah kepada nya, toh, semua ini terjadi adalah atas kehendak mu sendiri,
Saat ini, hati ku telah menjadi milik orang lain, yang begitu tulus menyayangi dan mencintai, jangan usik lagi kebahagiaan yang kini tengah ku nikmati, biar kan aku hidup tenang, serta merasakan kebahagiaan yang dulu pernah hilang.
Disini, di kota kecil nan indah , kota yang terletak di kaki gunung merapi, sejuk, serta pemandangan panorama nya yang menyegarkan mata, jam gadang adalah saksi sejarah cinta kita, berjalan sambil ber bimbing tangan, menyusuri jalanan kota.
Sungguh,” waktu itu adalah waktu yang terindah yang pernah kita lalui bersama suka dan duka di jalani berdua, namun,” beberapa bulan kemudian, badai asmara datang melanda, merenggut semua kenangan terindah, hancur berkeping keping.
Kau hilang bak di telan bumi, tak tau dimana rimba nya, aku hampir gila dengan semua yang telah terjadi, kala itu, bagai kan mimpi di siang bolong ketika mendengar kabar, kalau sekarang dirimu telah berdua.
Dan kini,” hadir mu telah terlambat, pintu hati ku telah tertutup untuk cinta kasih mu, pinta ku padamu lupakan lah aku, dan mari kita memulai hidup baru dengan pasangan yang telah mendampingi baik suka maupun duka.
Dan aku akan menjalani kehidupan di sudut kota nan indah ini, dengan seorang bocah yang masih kecil, juga kekasih hati.
Derita mu, bukanlah deritaku, bahagia ku, bukanlah bahagia mu. (**)
Penulis : Eri Piliang