
Bukankah dulu kau sendiri yang bilang padaku, jangan pernah kau tangisi perpisahan kita ini, lupakan semua tentang cerita cinta kita, tapi,” mengapa kini kau datang lagi padaku, dengan membawa semua sesal di hati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“INGAT,”
Jangan pernah berharap aku akan terenyuh dengan semua derita yang kau rasa, rasa sesal yang kian menyesak di dada, dan,” kini kau hadir kembali di hadapan ku, mengharapkan untuk bisa bersama lagi, untuk merajut benang emas yang telah kusut.
Bukittinggi – 29 Oktober 2025- Semua nya telah berlalu, Terlambat sudah hadir mu di hadapan ku, tiada guna lagi ada rasa sesal, bukankah dulu kau sendiri bilang padaku, tiada wanita lain di hatimu, hanya ada aku, yang selalu hadir di setiap sedih dan senang mu.
Ku korban kan seluruh jiwa dan raga, demi untuk kebahagiaan kita berdua, aku terbuai dengan segala janji manis mu nan menggoda, yang membuat darah ku berdebar bak ombak yang menghantam pasir di pantai.
Di sudut kota kecil ini, kota yang telah banyak meninggalkan bekas luka di dada, Yach,” di kota kecil nan indah ini yang terletak di bawah kaki gunung merapi, dengan udaranya yang sejuk, serta panorama nya yang memanjakan mata.
Jam gadang adalah saksi bisu, dimana janji terucap, dada ku berdebar kencang seperti detak jarum jam, ketika pertama kali ku dengar kau ucapkan kata-kata mesra, aku tersipu malu, dan,” ku angguk kan kepala sebagai isyarat, kalau aku juga merasakan hal yang sama seperti dirimu.
Aku tersenyum sendiri, ketika terbayang masa itu, dan pada akhir lamunan, aku sadar bahwa dirimu masih berdiri di hadapan ku, menatap tiada henti, masih berharap agar aku menerima hadirmu kembali.
Ku pandangi seraut wajah yang dulu sangat aku kagumi, rupa nan sangat mempesona, dengan kumis tipis, rambut ikal tebal, mata yang redup, kulit yang putih bersih.
Tapi,” sekarang,
semua nya jauh berubah, kulit yang hitam, rambut pun di biarkan panjang, mungkin tak pernah di sisir, kurus dan lusuh, aku pun tersentuh melihat tampilan mu Kumal.
Tak di sangka tak di duga, tiba-tiba saja kau bersujud , sambil memeluk kakiku, memohon kan maaf , entah mimpi apa aku siang ini, seorang laki-laki menangis di hadapan ku, menyesali semua perbuatannya,
Sejenak aku tertegun, melihat dirimu menangis tersedu, menatap padaku penuh harap, walau pun sakit di hati masih terasa, ku coba untuk tidak terlihat terluka di hadapannya.
Perlahan,” ku belai rambut nan kusut, sambil tersenyum, lalu,” perlahan aku berbisik, aku sudah maafkan semua salahmu padaku, tapi,” hatiku sudah tertutup rapat, untuk menerima hadirmu kembali.
Meskipun ada setitik bening air mata, aku coba untuk tersenyum, sekedar menghilangkan rasa duka, perlahan laki-laki itu bangkit, menatap kosong padaku, hampir tak berkedip, dengan gemetar dia raih kedua tangan ku , dia cium, sambil berucap lirih, maaf,” aku hanya tertegun, tak sanggup berkata.
Perlahan dia bangkit dan pergi dari hadapanku, Tanpa ada kata ucapan selamat tinggal, dia langkah kan kaki sambil menunduk kan kepala, sejenak dia berpaling melihat kearah ku sambil tersenyum melambaikan tangan, walau terasa pedih di hati, ku lambaikan juga tangan ku.
Yach,” itu lah senyuman yang terakhir kali nya ,dari orang yang pernah mengisi hari – hari ku, semoga kau tenang di alam sana.
Penulis : Eri piliang
Editor : Yopiherdiansyah





