Ada Surga Dimata Nan Lelah.

- Redaksi

Selasa, 11 November 2025 - 10:31 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Pagi itu, sinar mentari menembus celah jendela kayu rumah kecil di pinggir kampung. Embun masih menempel di dedaunan, sementara aroma tanah basah selepas hujan semalam terasa menenangkan.
Burung-burung berkicau pelan, seolah membangunkan alam dari tidur panjangnya.

Bukittinggi, 11/11/2025.
Perempuan muda itu terbangun dengan mata sedikit sembab. Mimpi semalam masih membekas kuat di benaknya tentang kepulangan suami yang ia rindukan, tentang pelukan hangat yang selama ini hanya bisa ia bayangkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, begitu membuka mata, yang ia temukan hanyalah ruang kosong dan sunyi. Tak ada siapa pun di sampingnya, hanya bocah kecilnya yang masih lelap memeluk guling kecil yang mulai lusuh.
Ia menarik napas panjang, berusaha meyakinkan diri bahwa mungkin, suatu hari nanti, mimpi itu bukan sekadar bunga tidur.

Hari-hari terasa panjang bagi perempuan itu. Sejak kepergian suaminya, ia belajar menjadi segalanya bagi anaknya ibu, ayah, sekaligus pelindung kecil yang tak kenal lelah. Kadang ia menatap foto lama yang warnanya mulai pudar, tersenyum getir setiap kali mengingat janji yang dulu diucap di bawah sinar rembulan.

Ia terdiam beberapa lama, mencoba meyakinkan diri bahwa mimpi itu bukan sekadar khayalan. Di balik kesedihan yang tersisa, ia merasa seperti ada sesuatu yang akan datang entah pertanda, entah hanya harapan yang menolak padam.

Hari-hari pun berjalan seperti biasa. Ia kembali menenun harapan, mengurus anaknya, dan bekerja seadanya di ladang kecil peninggalan orang tuanya. Di sela lelahnya, kadang ia menatap jalan tanah yang membentang di depan rumah jalan yang sama yang dulu dilalui suaminya saat pergi tanpa pamit.

Namun sesuatu berubah hari itu.
Menjelang sore, saat ia menimba air di sumur belakang, terdengar suara derap langkah kaki mendekat. Suara yang samar namun terasa begitu familiar di telinganya. Ia berhenti sejenak, menoleh perlahan, dan melihat sosok lelaki berdiri di kejauhan.

Tubuhnya kaku. Ember di tangannya hampir terlepas. Lelaki itu menunduk, menatap tanah, lalu melangkah pelan mendekat. Hatinya berdegup tak karuan  antara rindu, marah, dan harapan yang selama ini ia kubur dalam diam.

Dalam sekejap, berbagai kenangan berputar di kepalanya malam ketika ia ditinggalkan, hari-hari saat ia menangis diam-diam di balik pintu, dan doa yang tak pernah berhenti ia panjatkan di setiap sujud.
Kini lelaki itu berdiri di sana, dan ia tak tahu apakah harus memeluk atau membenci.

Lelaki itu berhenti beberapa langkah di depannya. Tatapan mereka bertemu singkat, tapi cukup untuk mengguncang hati yang nyaris beku.
“Maafkan aku,” ucap lelaki itu lirih.

Perempuan itu terdiam, air matanya menetes tanpa suara. Entah karena bahagia, atau justru takut mimpi itu kembali sirna begitu ia membuka mata.
Ia ingin berbicara, tapi bibirnya kelu. Dalam diam, matanya hanya mampu berkata: “Kau benar-benar pulang, atau aku masih bermimpi?”

Angin sore berhembus pelan, menggoyangkan dedaunan di sekitar mereka. Bocah kecil itu keluar dari dalam rumah, berdiri di ambang pintu, memandang dua sosok yang lama tak ia lihat berdiri berdampingan.
Ia tak mengerti sepenuhnya apa yang terjadi, tapi matanya mulai berkaca-kaca seolah hatinya tahu, inilah saat yang selama ini ia tunggu.

Suasana hening. Hanya desir angin dan detak jantung yang terdengar.
Dan di antara keheningan itu, penantian panjang yang tak pernah padam kini perlahan menemukan ujungnya entah berakhir dalam pelukan, atau luka yang sama sekali belum sembuh.

Dia tersentak dari lamunannya, karena secara tiba-tiba laki-laki itu duduk bersujud di hadapan nya, sambil menangis terisak-isak, memohon maaf kepada sang perempuan andai ada hukuman dari mu, aku siap menerima apa pun itu bentuk hukuman nya.

Dan dengan suara yang sangat lembut, perempuan itu berkata, “bangun lah, aku telah maaf kan semua salah yang telah kau buat”, laki laki itu tengadah kan kepala, dengan lembut nya perempuan itu membelai rambut nan kusut tersebut sambil tersenyum, belaian seperti ini lah yang tidak dia dapat kan dari perempuan

Penulis : Eri piliang

Editor : Yopiherdiansyah

Berita Terkait

Waktu Dan Masa
HATI-HATI DENGAN HATI
SENYUMAN TERAKHIR 
PMI Bantu Evakuasi Jenazah Bayi Tanpa Identitas ke RS
Kisah Kopi tanpa gula
Tertipu Asmara
Pada akhirnya, semua terjadi di luar dugaan, dan akal sehat manusia, semua bermula dari pikiran.
‘ Terlambat Sudah “

Berita Terkait

Selasa, 11 November 2025 - 10:31 WIB

Ada Surga Dimata Nan Lelah.

Senin, 3 November 2025 - 11:34 WIB

Waktu Dan Masa

Minggu, 2 November 2025 - 09:27 WIB

HATI-HATI DENGAN HATI

Rabu, 29 Oktober 2025 - 10:47 WIB

SENYUMAN TERAKHIR 

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 18:06 WIB

PMI Bantu Evakuasi Jenazah Bayi Tanpa Identitas ke RS

Berita Terbaru

Artikel

Ada Surga Dimata Nan Lelah.

Selasa, 11 Nov 2025 - 10:31 WIB

Breaking News

Reuni IpeEsDuo Aua 84 Arti Persahabatan Yang Tak Lekang Oleh Waktu

Minggu, 9 Nov 2025 - 17:22 WIB