Pojok Diskusi DPC PJS Bukittinggi bersama narasumber dari Ibukota di salah satu rumah makan, Kamis 21/3/2024
KENAPA Napoleon Bonaparte yang sangat berjaya di Abad ke-18 berulang kali mengatakan kalau goresan tinta jurnalis lebih ditakutinya dibandingkan seribu musuh dan hujanan peluru?
Jawabnya adalah karena tinta wartawan saat dijadikan bahan propaganda dan disebarluaskan kepada publik justru akan memberikan dampak yang lebih besar ketimbang hujatan peluru yang hanya mematikan satu dua orang.
Berkaca pada hal di atas, sudah saatnya para jurnalis mampu memberikan sebuah kontribusi positif bagi daerahnya. Melalui tinta jurnalis, bangunlah kebersamaan, kekompakan dan sinergi dengan semua pihak.
“Bagi jurnalis, semua elemen adalah kawan. Semua kelompok adalah teman, jadi jangan sampai mereka yang berprofesi sebagai jurnalis membuat kelompok kelompok tertentu yang pada akhirnya akan membuat perseteruan,” demikian dikatakan oleh Teddy G Chaniago saat sharing pengalaman dengan wartawan Kota Bukittinggi.
Tak hanya mengingatkan pentingnya kebersamaan, Teddy yang sengaja datang dari Jakarta untuk memenuhi undangan dari Pro Jurnalismedia Syber (PJS) Kota Bukittinggi pun menyebutkan, profesi wartawan adalah profesi terhormat.
“Karena profesi jurnalis sangat terhormat, maka jangan sampai kawan kawan merasa inferior saat berhadapan dengan nara sumber,” ucapnya serius.
Teddy yang sudah malang melintang di dunia goresan tinta di sejumlah daerah di tanah air tersebut juga mengatakan, mereka yang menjalani profesi jurnalis perlu meningkatkan kemampuan mereka dari waktu ke waktu.
“Bagaimana caranya? Adalah dengan belajar dan belajar serta jangan malu untuk bertanya,” urainya.
Hal lain yang diingatkannya adalah masalah etika dan performance saat menjalani profesi tersebut.
Dasman Boy Dt Rajo Dihilie dalam paparannya mengatakan, wartawan terutama mereka yang berdomisili di daerah jangan terjebak menulis berita yang itu-itu saja.
“Mulailah menulis berita yang dibutuhkan orang banyak contohnya menuliskan persoalan yang membelit rakyat kecil baik itu masalah pembangunan, infrastruktur hingga persoalan naiknya harga sembako dan lain sebagainya,” jelasnya.
Dengan mengurut persoalan dari bawah, tentunya akan ditemukan jawaban pasti untuk menyelesaikannya.
“Berita Berkeringat (berpeluh-red) sangat dibutuhkan dalam rangka mengasah kemampuan, empati dan juga keseriusan wartawan tersebut dalam menjalankan profesinya,” tambahnya.
Hal lain yang diingatkan alumnus Tabloid Bijak dan Harian Posmetro Padang itu adalah kontinuitas sebuah berita sehingga publik tahu ending dari sebuah persoalan yang dijadikan topik pemberitaan.
Di akhir pembicaan dalam forum diskusi yang dihadiri sekitar 20 orang jurnalis Kota Bukittinggi itu, Dasman Boy menekankan perlunya wartawan menulis feature.
“Melalui feature akan ketahuan kualitas seorang wartawan. Selain itu feature juga menjadi ungkapan rasa dan kepedulian wartawan pada masyarakat banyak,” jelasnya.
Hamriadi selaku moderator yang juga ketua DPC PJS Bukittinggi, dalam kesempatan tersebut mengajak seluruh peserta untuk melaksanakan profesi jurnalis mereka sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.
“Pelatihan ini bisa memberikan gambaran yang jelas bagi kita para insan pers yang ada di Bukittinggi bagaimana cara kita mengelola sebuah informasi secara baik dan hasilnya bisa dipublikasikan serta memberikan impact yang jelas bagi Kota Bukittinggi,” katanya mengakhiri kegiatan tersebut. (Alex)